Rabu, 09 November 2011

Beberapa Penyebab Bayi Tidak Mau Minum Susu

Jika Menolak ASI, kemungkinan disebabkan oleh :
1. Kurang sehat.
Kondisi tubuh bayi yang kurang sehat bisa membuat bayi kesulitan mengisap dengan baik, sehingga ASI yang didapat sedikit. Akhirnya bayi jadi capek atau frustrasi, dan menolak menyusu.
2. Kesakitan.
Bayi yang mengalami memar akibat lahir dengan alat bantu (misalnya: vakum) mungkin menolak menyusu jika bagian yang memar ini terpencet tiap kali ia menyusu.
3. Tersumbat hidungnya.
Bayi yang hidungnya tersumbat (karena pilek) mungkin menolak menyusu karena kesulitan bernafas.
4. Sariawan.
Bayi yang sedang sariawan, atau mulutnya terinfeksi jamur Candida mungkin hanya mau mengisap beberapa kali saat menyusu, lalu berhenti dan menangis.
5. Sedang tumbuh gigi.
Bayi yang sedang tumbuh gigi mungkin merasa gusinya nyeri, atau air liurnya berlebihan, atau agak demam, sehingga menolak menyusu karena merasa tidak nyaman.
6. Mengantuk.
Bayi yang terpengaruh efek sedatif (bius) obat-obatan mungkin menolak menyusui karena mengantuk.
7. Bingung puting.
Bayi yang diberi susu botol atau empeng terlalu dini (sebelum 2 minggu) mungkin menolak menyusu karena kesulitan menguasai teknik mengisap payudara – yang sangat berbeda dengan mengisap dot.
8. Tidak mampu ‘mengambil’ cukup ASI untuk memenuhi kebutuhannya.
Bayi yang belum menguasai teknik menyusu mungkin hanya mampu mengisap ASI sedikit sehingga harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengisap lebih lama atau lebih dalam. Akibatnya ia jadi capek atau frustasi, lalu menolak menyusu.
9. Ingin ‘melawan’ perlakuan yang tidak menyenangkan.
Jika ibu atau pengasuh kurang menguasai teknik mengatur posisi bayi saat akan menyusu, bayi bisa saja merasa diperlakukan kasar atau disakiti. Sebagai upaya ‘perlawanan’, ia pun menolak menyusu.
10. Terganggu isapannya.
Jika ibu sering memegangi atau mengguncang payudara saat menyusui, posisi mulut bayi terhadap payudara bisa terganggu. Akibatnya bayi merasa tidak nyaman dan menolak menyusu.
11. Dibatasi jadwal menyusunya.
Jika ibu menyusui hanya pada jam-jam tertentu dan bukan menurut keinginan bayi, bayi bisa frustrasi karena kelaparan dan malah menolak menyusu.
12. Terganggu semburan ASI.
Aliran ASI yang terlalu cepat dan deras saat bayi mulai mengisap bisa membuat bayi tersedak. Jika terjadi berulang kali selama menyusu, bayi mungkin jadi frustrasi dan menolak menyusu.
13. Merasa terganggu oleh suatu perubahan.
Bayi usia 3-12 bulan mudah terganggu oleh berbagai perubahan: berpisah dengan ibunya, ada pengasuh baru, pindah rumah, kedatangan tamu, ibunya sakit (atau sedang menstruasi), payudara ibu terinfeksi, bau tubuh ibu berubah, dsb. Ketika suatu perubahan dirasa mengganggu, bayi bisa jadi tidak menangis melainkan langsung ‘mogok’ menyusu.

Jika Menolak Susu Formula, kemungkinan disebabkan oleh :

1. Lebih ingin ASI.
Jika diberi susu formula oleh ibunya, bayi yang biasa disusui mungkin akan menolak, karena tahu ‘pabrik ASI’ ada di dekatnya.
2. Tidak senang diberi susu oleh orang yang tidak berpengalaman.
Ayah sering dapat kesempatan pertama memberi susu formula pada bayinya. Sayang, banyak ayah yang belum berpengalaman. Lantaran ayah dan bayi sama-sama belum berpengalaman, kegiatan minum susu jadi tidak menyenangkan. Karuan saja bayi menolaknya.
3. Tidak senang diberi susu oleh orang yang tidak sabaran.
Perlu kesabaran tinggi untuk mengetahui bagaimana cara minum dan jenis susu formula yang disukai bayi. Jika orang yang memberi susu tidak sabar dengan proses trial and error, bayi kemungkinan besar akan sulit diajak bekerja sama.
4. Menginginkan situasi yang mirip dengan menyusu ibu.
Ada bayi yang hanya mau minum susu formula kalau situasinya dibuat mirip menyusu: tempatnya harus dikenal baik, harus dipeluk, harus ada kontak kulit, dan harus banyak interaksi, dsb. Kalau tidak dikondisikan seperti di atas, ia tidak mau minum!
5. Sudah terlalu lapar.
Sama seperti bayi yang menolak ASI karena terlalu lapar, bayi yang terlambat diberi susu formula juga bisa frustrasi karena kelaparan, sehingga malah menolak minum susu.
6. Tidak cocok dengan bentuk dot/cangkir.
Bayi mungkin menolak susu formula dari botol karena ‘puting’ (bagian ujung) dotnya pendek dan kecil, tapi pangkalnya tiba-tiba melebar. Ini sangat berbeda dengan areola payudara yang meruncing sedikit-demi sedikit ke arah puting. Jika bayi menolak susu dari cangkir, mungkin permukaan cangkirnya yang terlalu lebar sehingga menutupi wajahnya (bayi tidak senang atau ketakutan kalau wajahnya ditutupi).
7. Kewalahan menelan.
Jika susu formula diberikan dengan botol dan lubang dotnya terlalu besar, alirannya jadi deras - lebih dari satu tetes per detik. Bayi bisa kewalahan menelan dan tersedak. Begitu juga kalau susu formula diberikan lewat cangkir, tapi bayi tidak dibiarkan mencecap sendiri isi cangkir (cangkir terlalu miring sehingga isinya tertuang ke mulut bayi). Jika ini terjadi berulang kali, bayi bisa frustrasi dan menolak minum susu.
8. Dotnya terlalu panas.
Mungkin kita lupa memastikan apakah botol dan dotnya sudah cukup dingin setelah direbus sampai steril, sehingga bayi menolak mengisapnya karena kepanasan.9. Tidak menyukai citarasanya. Bagaimana pun susu formula tidak sama rasanya dengan ASI. Dan bagi beberapa bayi, perbedaan ini tidak dapat ditolerir.

6 Kebiasaan Bersih yang Harus Diajarkan pada si Kecil

Membiasakan hidup bersih sebaiknya sudah diajarkan sejak masih anak-anak. Berikut ini adalah 6 kebiasaan hidup bersih yang harus diajarkan orangtua pada si kecil. Masa anak-anak adalah saatnya ia menikmati permainan di luar rumah seperti bermain lumpur atau kotor-kotoran. Karenanya orangtua harus mulai mengajarkan tentang kebersihan sejak masih balita. Kebersihan pribadi seorang anak harus menjadi prioritas utama saat ia tumbuh agar ia tidak mudah terkena penyakit atau infeksi. Berikut ini 6 kebiasaan bersih yang harus diajarkan pada si kecil, seperti dikutip dari Lifemojo, Kamis (15/9/2011) yaitu:
1. Cuci tangan menggunakan sabun
Ajaklah anak untuk selalu mencuci tangannya menggunakan sabun dan beritahu kapan tangannya harus dicuci. Pastikan anak mencuci permukaan atas tangan, sela-sela jari dan membilas kotoran yang terjebak di bawah kuku. Orangtua bisa mengajarkan melalui lagu yang berisi urutan mencuci tangan yang benar.
2. Menyikat gigi dengan benar
Perawatan diperlukan sejak usia 1 tahun untuk mencegah risiko gigi berlubang. Pastikan si kecil menyikat gigi dengan benar seperti gerakan naik turun dan melingkar, serta membuatnya menyikat gigi 2 kali sehari. Gunakan bentuk karakter kartun favoritnya pada sikat gigi si kecil sehingga ini menjadi aktivitas yang menyenangkan.
3. Membersihkan lidah
Cobalah mengajarkan anak untuk membersihkan lidahnya setelah menyikat gigi, karena permukaan lidah bisa menjadi tempat bagi bakteri untuk tumbuh dan sarang partikel- partikel kecil makanan.
4. Membiasakan mandi 2 kali sehari
Anak-anak senang bermain sehingga mudah berkeringat, karenanya biasakan mandi 2 kali sehari untuk membersihkan kulitnya. Ajarkan ia untuk menggosok dari tangan, kaki, ketiak, pangkal paha dan lipatan-lipatan tubuh dengan menggunakan sabun yang lembut. Jika anak menolak untuk mandi, cobalah membujuk dengan menempatkan mainan favoritnya di bak mandi atau mandi busa.
5. Membersihkan telinga
Anak-anak mungkin belum bisa membersihkan telinganya sendiri, karena itu orangtua sangat berperan di sini. Membersihkan telinga secara rutin bisa membantu mencegah risiko komplikasi seperti infeksi, iritasi atau kerusakan pada gendang telinga.
6. Melatih anak untuk buang air kecil dan besar di kamar mandi
Umumnya anak-anak mulai terbiasa untuk buang air kecil (BAK) dan besar (BAB) di kamar mandi sejak berusia 2-3 tahun, hal ini juga memberinya pengetahuan bahwa BAK dan BAB tidak boleh dilakukan sembarangan. (detikhealth.com)

8 Mitos Tentang Bayi yang Ketinggalan Zaman

Banyak petuah-petuah atau mitos tentang bayi yang dahulu diberikan orang tua tidak bisa lagi dipraktekkan di zaman sekarang. Beberapa fakta ini kini dianggap sudah ketinggalan zaman: 1. Bayi Tidur Nyenyak di Kamar yang Tenang dan Gelap
Kenyataannya, anak-anak saat ini mudah tidur meskipun dilatari suara berisik dan sedikit cahaya. Ditambah, jika bayi melakukan kegiatan sebelum mereka tidur, biasanya mereka akan mudah tertidur dengan berbagai macam situasi.
2. Saat Bayi Panas, Kompres dengan Alkohol untuk Menurunkan Demam
Kenyataannya, memberikan kompres pada bayi dengan alkohol tidak akan menurunkan demam. Hal ini malah tidak aman karena alkohol bisa terserap melalu kulit.
3. Membiarkan Bayi Berdiri atau Lompat-lompat di Pangkuan Anda bisa Memendekkan Kaki Nantinya
Kenyataannya, bayi tidak akan memendek kakinya. Itu benar-benar mitos. Sebaliknya, bayi belajar untuk menyeimbangkan berat badan mereka dengan mencoba mencari pusat grafitasi. Jadi, membiarkan bayi berdiri dan lompat-lompat di pangkuan Anda akan menyenangkan dan membantu perkembangannya.
4. Mendengarkan Musik Klasik Meningkatkan IQ Bayi
Kenyataannya musik bisa memperkaya hidup si bayi, tapi tidak ada penelitian yang pasti kalau mendengarkan musik klasik bisa mendorong perkembangan otak.
5. Biarkan Bayi Menangis. Menolong Mereka Bisa Membuat Manja
Kenyataannya bayi usia 4 bulan hanya punya beberapa cara untuk menangis. Mereka tahu kapan mereka akan merengek dan manja, hanya itu saja. Jadi, mengangkat bayi saat menangis membantu mereka memahami kalau orang tua akan selalu ada saat bayi membutuhkan mereka.
6. Berbahaya Memberikan Imunisasi Saat Bayi Demam atau Panas
Kenyataanya, demam kecil tidak akan menurunkan respon kekebalan tubuh pada bayi atau meningkatkan resiko reaksi berlebihan dari imunisasi.
7. Jangan Memberikan Krim Pelindung Matahari pada Bayi di Bawah Usia 6 Bulan
Kenyataannya, risiko kanker kulit bisa menimpa pada kulit yang terpapar matahari dan bayi Anda juga berisiko terkena. Akan sangat baik untuk menjauhi bayi dari sinar matahari pada jam-jam tertentu. Dengan memberikannya krim pelindung matahari yang mengandung SPF 15, Anda akan melindunginya dari risiko kanker kulit. Aplikasikan dengan jumlah sedikit pada wajah dan tangan bayi.
8. Penting Menjaga Botol dan Dot Bayi Tetap Steril
Anda hanya perlu mensterilisasi botol dan dot pada saat mereka dikeluarkan dari kotaknya. Setelah itu, mencucinya dengan sabun dan air sudah cukup karena bayi terekspos bakteri lebih banyak dari lingkungan mereka dibandingkan dari botol yang mereka pakai. (tempointeraktif.com)